Pelatihan K3RS bagi Karyawan RSUP Dr Sardjito

A.      PENGANTAR

Orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Berdasar teori kebutuhan Maslow maka kebutuhan karyawanDalam perusahaan diterjemahkan sebagai berikut:
1.    Kebutuhan fisiologis dasar:  gaji, makanan, pakaian, perumahan dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup pekerja
2.    Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan/posisi, status kerja yang jelas, keamanan alat yang dipergunakan.
3.    Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: interaksi dengan rekan kerja,  kebebasan melakukan aktivitas sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain
4.    Kebutuhan untuk dihargai: pemberian penghargaan atau reward, mengakui hasil karya individu
5.    Kebutuhan aktualisasi diri: kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki. 
            Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka karyawan  harus berprestasi dan berperilaku yang baik. Prestasi & perilaku karyawan dipengaruhi oleh :
1.    Faktor demografi : usia, asal usul, sex, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, kemampuan & keterampilan
2.    Persepsi, sikap kerja, kepribadian, belajar, motivasi
3.    Faktor organisasi : sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, striktur disain pekerjaan Agar karyawan mampu berperilaku dan berprestasi baik diperlukan dukungan lingkungan kerja yang aman dari berbagai resiko dan penyakit kerja. Oleh karena itu asepk K3 sangat penting untuk diuperhatikan. Peningkatan kesadaran tentang K3 akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. Salah satu cara  untuk merubah perilaku dan meningkatkan prestasi karyawan pada bidang tertentu adalah melalui program diklat baik melalui jalur formal, informal maupun nonformal.  Demikian halnya untuk meningkatkan kesadaran tentang K3  sangat diperlukan program Diklat K3 
B.      MAKSUD DAN TUJUAN DIKLAT K3 RS
1.    Maksud diadakannya Diklat K3 RS adalah untuk menjamin semua pihak yang ada dalam resiko untuk mengetahui secara memadai tentang :
a.    Operation tempat kerja
b.    Resiko di tempat kerja
c.    Upaya bila terjadi Penyakit Akibat Kerja / kecelakaan kerja.
d.    Kegiatan berkesinambungan pencegahan kecelakaan kerja 
2.    Tujuan umum : Diklat K3 untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman dan keterampilan baik fisik maupun psikis tentang K3
3.    Tujuan khusus:
a.    Setiap orang penuh kesadaran akan bahaya yg dapat dijumpai mereka ditempat kerja / potensial berbahaya / adanya kemungkinan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja & kecelakaan kerja.
b.    Membentuk sikap waspada terhadap kejadian / bahaya ditempat kerja.
c.    Berusaha mencegah bahaya yg ada / akan ada ditempat kerja.
d.    Pelatihan menerangkan akan resiko yg harus dicegah, menunjukkan kepadanya agar mereka dapat secara otomatis melaksanakan pekerjaan secara aman
C. SASARAN DIKLAT K3
Sasaran Diklat K3 ditujukan untuk:
1.    Dokter.
2.    Perawat
3.     Teknisi
4.    Administrator
5.    Ahli gisi
6.    Perkarya
7.    Cleaning servis
8.    Tenaga profesional lain
9.    Pegawai baru / pindahan /induction
10. Dan mereka yang berhubungan dengan tempat dan  peralatan kerja  rumah sakit.
C.      MATERI DIKLAT K3  
1.    Kebijakan K3 RS
2.    Peraturan dan UU K3RS
3.    Kesehatan mental bagi pekerja RS
4.    Standart pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS
5.    Standart sarana, prasarana dan peralatan kerja
6.    Keselamatan kerja terhadap bahaya faktor fisik
7.    Pencegahan penularan penyakit terhadap petugas RS
8.    Penyehatan lingkungan RS
9.    Penggunaan APD sesuai standart K3RS
10. Hospital Disaster Planning
11. Pengelolaan dan penanganan kontaminasi B3
12. Keselamatan kerja terhadap bahaya kebakaran
13. Praktek menilai faktor resiko di tempat kerja
14. Kunjungan lapangan
15. Praktek penanggulangan kebakaran.


            Mengingat  bahwa program diklat pada  dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknyam engurangi  gap (kesenjangan) antara kompetensi yang ada saat ini dengan kompetensi  standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang dan agar program pelatihan yang dirancang tidak hanya akan berlangsung sukses di ruang kelas atau tempat pelaksanaan pelatihan semata. Artinya pelaksanaan pelatihan mungkin berjalan dengan sangat baik, tetapi pada saat partisipan (peserta pelatihan) kembali ke tempat kerja masing-masing mereka menjadi tidak tahu atau bingung bagaimana menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari pelatihan. Dalam hal ini diperlukan analisis kebutuhan diklat sebagai  alat untuk mengidentifikasigap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu program diklat. Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan untuk :
·       Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan
·       Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat
 ·       Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu
·       Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan
·       Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh  alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.(Johanes Popu, www.e-psikologi.com,2002)          Menurut Dale Yorder  yang dikutip oleh Moh. Asad (1987) ,agar program pelatihan dan pengembangan dapat berhasil baik maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut :
1. Individual differences         Sebuah program diklat akan berhasil jika  kita memperhatikanindividual diference para peserta diklat.  Perbedaan individu meliputi faktor fisik maupun psikis. Oleh karena  itu dalam perencanaan program diklat harus memperhatikan faktor fisik seperti bentuk dan komposisi tubuh, dan fisik, kemampuan panca indera maupun faktor psikis seperti intelegensi, bakat, minat , kepribadian, motivasi , pendidikan  para peserta diklat. Keberhasilan program diklat sangat ditentukan oleh pemahaman karakteristik peserta diklat terkait dengan individual difference.
 2. Relation to Job analisis         Untuk memberikan program diklat terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian program diklat dapat diarahkan atau ditujukan untuk mencapai keahlian tersebut. Suatu program diklat yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja pada keahlian tertentu akan merugikan semua pihak baik masyarakat , industri maupun lembaga penyelenggara diklat itu sendiri.
3. Motivation         Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan tugas. Sehubungan dengan itu ,program diklat  sebaiknya dibuat sedemikian rupa gara dapat menimbulkan motivasi bagi peserta. Penumbuhan motivasi itu sangat pentng sehingga mampu mendoromng peserta untuk mengikuti program diklat dengan baik dan mampu memberikan harapan lebih baik dibidang pekerjaan setelah berhasil menyelesaikan program diklat .
4. Active participation         Didalam pelaksanaan program diklat harus diupayakan keaktifan peserta didalam setiap materi yang diajarkan. Pemilihan Materi dan strategi pembelajaran yang tepat oleh para trainer sangat menentukan keberhasilan. Pemberian umpan balik kepada peserta  pada setiap komunikasi maupun evaluasi akan semakin mengembangkan motivasi dan pengetahuan yang diperoleh. Penyusunan materi(kurikulum) yang berbasis kompetensi maupun berbasis luas dengan pengembangan aspek kecakapan hidup peserta menjadi kekuatan untuk menarik perhatian dan minat peserta diklat.
5. Selection of trainess         Program diklat sebaiknya ditujukan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dpat mengikuti program diklat. Oleh karena ini sangan pentingan dilakukan proses seleksi untuk pelaksanaan program dilakukan. Berbagai macam tes seleksi dapat dilakukan misalnya  test potensi akademik. Disampin itu adanya seleksi juga merupakan faktor perangsang untuk meningkatkan image peserta maupun penyelenggara diklat.
6. Selection of trainer         Pemilihan pemateri/pengajar untuk penyampaian materi diklat harus disesuaikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dan kemampuan mengajar. Seorang trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil menyampaikan kepandaiannya kepada orang lain. Oleh karena itu pengajar program diklat haru memiliki kualifikasi dalam bidang pengajaran dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dengan memeprhatikan individual difference peserta diklat.
7. Trainer training            Kompetensi trainer juga perlu ditingkatakan. Untuk itu mengingat trainer menjadi ujung btombak dalam keberhasilan program diklat maka sebelum mengemban tanggung jawab untuk memberkan pelatihan maka para trainer harus diberikan pendidikan sebagai pelatih.
8. Training methods         Metode yang digunakan dalam program diklat harus sesuai dengan jenis diklat yang diberikan. Strategi pembelajaran menadi senjata utama dalam keberhasilan program diklat. 
H. Dokumen Training       
   Dokumen training harus disimpan dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. Data-data tersebut meliputi
1.    Date of training Sessions
2.    Contents or summary
3.    Name & qualifications of persons conducting training sessions
4.    Name & job titles of all persons attending the sessions
5.    Dokumentasi training (Foto dan materi training)

2 Response to Pelatihan K3RS bagi Karyawan RSUP Dr Sardjito

21 Juni 2012 pukul 01.12

nice
http://titianmc.co.id/

27 September 2015 pukul 21.04

terimakasih untuk informasi yang diberikan, sangat bermanfaat untuk saya selaku pembaca, memang untuk K3 sangat harus diperhatikan
www.sepatusafetyonline.com

Posting Komentar